Jumat, 23 Oktober 2009

Gempa Manokwari, Warga Trauma

Manokwari - Warga kota Manokwari, Ibu kota provinsi Papua Barat, tiba-tiba berhamburan keluar dari rumah-rumah mereka tepat sekitar 20.15 WIT atau 08.15 malam.

Penghuni yang berada disekitar pantai langsung mencari tempat yang lebih tinggi untuk menyelematkan diri, yang berada pada gedung-gedung tinggi mencari tempat yang aman, ke tempat terbuka.

Sementara yang sempat memakai kendaraan roda dua dan empat pun ikut mengamankan diri, mereka ramai-ramai menepi ke sudut jalan. Pada waktu itu aktifitas warga masih ramai. Wajah kota Manokwari malam itu tiba-riba ramai.

Disana-sini kepanikan terlihat. Warga Manokwari kembali diguncang gempa 6.0 Skala Richter. Trauma 2008 dan 2009 kembali terusik.

Penghuni beberapa gedung tinggi berhamburan keluar dengan berbagai cara. Ada yang melompat dari lantai tinggi untuk menyelamatkan diri, ada yang mengenakan baju tidur dan handuk.

Penghuni dilokasi Borobudur yang terletak dibibir pantai berhamburan keluar, memilih mengamakan diri pada tempat yang lebih tinggi. Akibatnya sekitar jalan raya ramai disesaki para pengungsi.

BMKG Pusat menyebut gempa berkekuatan 6,0 SR itu berlokasi 13 KM di Tenggara Manokwari dengan kedalaman 23 KM. Gempa susulan diperkirakan masih terjadi, hanya, skalanya akan lebih kecil. Namun potensi tsunami dikatakan tidak ada.

“Perlu diketahui bahwa gempa itu tidak berpotensi tsunami,” kata Ketua BMKG Pusat. BMKG juga merilis, saat gempa terjadi, sempat terjadi arus tsunami, namun hanya di tengah laut, tidak berdampak ke wilayah daratan.

“BMKG terus memonitor perkembangan wilayah kepala burung, Papua Barat untuk melihat perkembangan gempa secara akurat”kata ketua BMKG.

Saat ini petugas tanggap bencana sedang diturunkan ke lapangan untuk mencari kemungkinan korban yang ditimbulkan akibat gempa. Laporan sementara menyebut tidak ada korban dan kerusakan yang parah dari gempa tersebut.

Rabu, 09 September 2009

Kunjungan Dewan PB ke Negeri “Sakura dan Ginseng”, Polemik

Topik “Keberangkatan Dewan ke Jepang, Negeri Sakura dan Korsel, negeri Ginseng“ menjadi bahan diskusi hangat para facebooker anggota Komunitas Pengguna Facebook Papua Barat (KPFM PB)
-----------------------------
Oleh : Duma T. Sanda

KOMUNITAS INI memiliki members dari Manokwari, hingga pulau Jawa dan Luar Negeri. Mulai dari kalangan mahasiswa, praktisi serta aktivis LSM, umumnya mereka berasal dari Kota Manokwari. Saat ini jumlah members group ini telah menembus angka 1.609 orang.

Dari penelusuran saya, terangkum beberapa petikan yang disuarakan members group KPFM PB, sejak wacana ini terangkat ke ruang publik. Berikut kutipan berbagai keluh, saran dan kritik yang mereka disampaikan.

Ismail Rizal misalnya, anggota pertemanan satu ini mengusulkan, uang sebanyak 3,7 milyar mestinya digunakan membangun desa tertinggal di wilayah Papua Barat. Bahkan, ia menyarankan para anggota dewan terhormat di Provinsi ini patut mencontohi kepemimpinan Bupati Merauke, Jhon Gluba Gebze.

“Contohilah Bupati Merauke.... Walau hanya Bupati... dia bisa mengoptimalkan dana pembangunan daerah dan kabupaten di wilayah Selatan Papua itu telah memiliki 2 buah pesawat Boeing....untuk memudahkan warganya dalam akses transportasi....Terima kasih...,” sarannya.

Sementara Theophillus Lekitoo, memberi kata kunci yang cukup menyontak, ia menyampaikan bahasa terima kasih atas lawatan anggota DPRD ke luar negeri yang akan menjalin kerjasama parlemen ke Jepang dan Korsel dibidang kelautan-perikanan. “Tapi, kalo bisa bawa masyarakat yang punya kompetensi di bidang itu, agar kita tidak tertipu,” katanya.

Etni Veni, rekan pertemanan lainnya justru mempertanyakan jumlah anggota dewan yang hampir semuanya berangkat. Ia menyangsikan keberangkatan itu. “Kalau nyatanya hanya satu dua investor yang akan di bawa ke Papua Barat. Lebih baik dana tu bikin baik jalan yang bocor-bocor nie... Atau pi bikin jalan di kampung-kampung sana... Dong rame juga, paling yang bicara hanya berapa orang saja mo, baru yang lain iklan saja... Bikin emosi saja...!!,” pungkasnya.

Markus Selsius Womas Maxie juga menyindir, uang tersebut lebih baik diberikan kepada orang lanjut usia janda, duda dan anak yatim piatu, juga kaum fakir miskin yang butuh pertolongan.

Sementara Rachim Edwin Sanaki menyoroti lemahnya aturan-aturan yang mengikat para pelaku ekonomi di daerah ini. Seperti lemahnya aturan mengenai sistem pelepasan tanah adat hingga hingga oknum dan pejabat yang gemar melakukan pungutan liar.

“Ke Jepang dan Korea untuk cari investor?. NONSEN, banyak investasi besar berbasis SDA terbentur biaya pelepasan tanah yang selangit, belum lagi oknum-oknum birokrat dan keamanan yang memeras mereka dengan macam-macam pungli. Sungguh sangat disesali,” sungutnya.

“3,7 miliar lebih baik untuk pengadaan internet di Sururey, Tahota, Minyambow, Momiwaren, Isim, Mamey, Nuhuwey. Supaya informasi bisa cepat di terima masyarakat...bravo Manokwari, beloved city,” pesan Rachim Edwin Sanaki.
Kami mencatat, jumlah ungkapan serupa dari rekan pertemanan lainnya masih berlimpah. Bahkan, mereka menegaskan akan terus memantau setiap perkembangan di Manokwari.

Kantor Dewan dan Sekwan Sepi
Sementara itu, kantor DPRD Provinsi dan ruang kerja Sekretariat Dewan di Kompleks Kota Raja, Kamis, (09/09/09), selepas keberangkatan, nampak sepi.

Beberepa staf Sekwan yang ditemui membenarkan banyaknya jumlah staff sekwan yang ikut berangkat. Dari pantauan, beberapa masih terlihat melakukan sejumlah aktifitas disalah kantor Sekwan, dekat kantor BP3D PB. “Saya tidak berangkat karena kemarin sudah berangkat ke China,” tukas salah satu staf.

Selain itu, beberapa staf mengaku, yang berangkat hanya yang telah berstatus PNS. “Kalau kita masih honor di sini,” cetus salah satu honorer sambil membaca daftar nama 36 anggota Dewan dan 17 staff sekwan yang telah berangkat, daftar itu milik sekretariat dewan.

Ketika diminta memperlihatkan lembaran itu, dirinya enggan. Dilain sisi, staf lainnya yang coba dimintai komentar, mengaku takut. “Saya tidak mau bicara. Nanti kamu tulis dikoran lagi,” ujarnya singkat sambil berlalu.

Menurut informasi, 17 staf dewan ikut berangkat untuk mendampingi anggota dewan. Namun, sumber tersebut tidak merinci tempat-tempat yang akan dituju rombongan.
Seperti informasi sebelumnya, keberangkatan tim ke Jepang dan Korsel, menghabiskan anggaran sebesar Rp. 3,7 miliar. Dana yang terbilang cukup besar untuk keperluan menajamkan investasi di bidang perikanan dan kelautan.

Kadis Perikanan dan Kelautan serta Kabiro Investasi Setda Provinsi Papua Barat pun ikut dalam lawatan tersebut. Mereka dijadwalkan kembali ke Manokwari tanggal 17 september mendatang.

Terus di Kawal
Beberapa media cetak lokal terus mempertanyakan hasil yang dicapai dari keberangkatan itu. Terhitung sejak Cahaya Papua pertama kali mengangkatnya ke publik, Sabtu, (05/04/09),. Lalu diikuti media lain. Keberangkatan itupun, saat ini menjadi polemik di tengah warga.

Sebelum keberangakatan, Yosep Johan Auri dan Amos H. May, caleg terpilih DRPD Papua Barat, pernah melempar ketidaksetujuannya. Bahkan pengacara, LP3BH Manokwari, Yan Christian Warinussy pun keras mempertanyakan hasil yang akan di capai.

Mirip pendapat Auri dan Amos, Sius Dowansiba, caleg terpilih DRPD PB mengatakan, meski tidak secara tegas menyoal keberangkatan itu, ia tetap meminta rekan-rekannya untuk memikir ulang rencana itu sebelum berangkat.

Beberapa anggota dewan yang setuju, seperti, Oriegenes Nauw, Jimmy Demianus Ijie, mengatakan penolakan yang dilakukan publik tidak tepat karena telah terlambat. Apalagi telah rencana itu telah masuk dalam dokumen APBD 2009. “Mau tidak mau mereka harus berangkat,”kata Oriegenes Nauw.

Hingga jumat, (09/09/09), beberapa media masih terus mempropaganda keberangkatan itu. ***

Senin, 07 September 2009

Komunikasi Politik

Aura Pilkada Terasa di Facebook

Adalah tim kampanye Barack Husain Obama, Presiden Amerika Serikat saat ini,yang membuktikan bahwa teknologi merupakan instrumen politik yang mumpuni.

Melalui wahana jejaring sosial dunia maya, facebook (FB), tim kampanye Obama mampu menggalang simpati, donasi, bahkan dukungan politik yang kuat dari rakyat Amerika. Obama yang sama sekali tak diperhitungkan, karena usianya yang muda, kini memimpin negara adidaya itu.

RUPANYA KEBERHASILAN OBAMA, menjadi inspirasi tersendiri bagi para politisi di Indonesia. Buktinya para politisi di negeri ini, mulai beramai – ramai menggunakan FB sebagai media sosialisasi diri, baik itu pada moment pemiliu legislatif, pilpres, hingga pilkada.

Akan halnya di Manokwari, seperti yang dilakukan Bastian Salabay, salah satu figur yang mulai mencuat ke permukaan sebagai bakal calon bupati Manokwari periode 2010-2015.

FB tersebut dikelola tiga orang admin dalam sebuaah Group bernama Bastian Salabay for Manokwari. Setidaknya, sekitar 100 orang telah bergabung dalam media ini.

Melalui media ini pula, Salabay gencar berkomunikasi dengan para Facebooker. Mereka yang bergabung dalam group ini gencar memberi masukkan terkait situasi politik, hingga menitip asa pada figur yang kini memimpin STT Ericson Triit Manokwari itu.

Kami, Sabtu, (5/9), masuk dan mengamati beberapa topik diskusi dalam grup ini. Beberapa pengunjung berharap Bastian tetap maju karena dianggap layak melanjutkan model kepemimpinan yang telah dirintis Dominggus Mandacan. Nico Larumpaa, seorang anggota dari Group ini mengatakan, Salabay ideal karena mengginginkan keamanan dan kedamaian di tanah ini (Manokwari).

“Saya tetap berdoa buat bapak supaya sukses dalam pencalonan bupati nanti, sebab figur bapak yang pas untuk memimpin kota Manokwari untuk semeNtara ini,” komentar Nico Gerry Kossay.

Sementara Kepala Kantor Bird’s Head Seascape’s (BHS) , Phil Erari, menegaskan “Barangsiapa yang merasa terpanggil mengawal Manokwari dan penduduknya. Maka ia hendaknya patuh pada prinsip-prinsip Injil dan membangun Manokwari di atas jalan itu.” Hal senada ditulis Ronny Meyah Salabay.

Salah satu pendukung Salabay, Menas Mirin, dalam Group itu bahkan telah memanggil Salabay dengan sebutan bupati, ini kutipannya : “Siang bapak Bupati Manokwari! Anak tetap mendukung dalam doa dan semoga sukses! Shalom!!!!.”

Sayangnya komunikasi politik yang terbangun dalam media itu berlangsung searah. Pasalnya baik Admin maupun Salabay sendiri tak membalas satu tulisan pun. Seorang Facebooker, Johnny M Simorangkir berharap, semua tulisan tersebut dibalas.

“Saya punya usul agar Pak Bas juga sering menulis di FB ini sekaligus juga di jawab surat-surat yang masuk padanya, karena dengan demikian masyarakat Manokwari lebih mengenal.GBU,” pesannya.

Salabay Juga belum membalas beberapa pertanyaan jurnalis CP yang disampaikan melalui FB pribadinya. Sejauh penelusuran, dari sekian banyak figur yang diwacanakan bakal ikut dalam kontestasi pilkada Manaokwari, hanya Salabay yang menggunakan FB sebagai ajang sosialisasi.

Jika menyimak tulisan yang tertera dalam goup itu, nampaknya tak semua facebooker yang bergabung di dalamnya merupakan pendukung Salabay. Beberapa diantaranya sekedar memberikan pandangannya, terkait dinamika politik pilkada. Ada pula yang menyarankan Bastian maju memakai jalur independen dalam pencalonan nanti.

“Salam hangat. Mohon maaf. Secara pribadi saya menilai bapak pantas namun saya agak pesimis : melihat dinamika politik yang berkembang belakangan ini, kemungkinan besar bapak akan kesulitan mencari kendaraan politik. Jalur Independen merupakan langkah alternatif yang bisa bapak tempuh,” tulis seorang members group itu, Patrix Barumbun Tandirerung, yang berprofesi sebagai jurnalis.

Semua pesan yang dititip dalam group itu tersimpan secara berurutan sesuai waktu penulisan pesan, dimulai dari tanggal 6 Agustus, dan teranyar 5 September 2009. Kebanyakan members group ini adalah kelompok terpelajar, kaum muda profesional.

Rabu, 05 Agustus 2009

Regina : Saya Tidak Tahu Sebabnya

Gugatan Tim Mega-Pro pada KPU Papua Barat

Rabu, 05 Agustus 2009 | 21.34 WIT

MANOKWARI – Ketua KPU Papua Barat (pabar) Regina Sauyai menegaskan masuknya KPU Papua Barat sebagai satu dari 25 provinsi yang digugat Capres Mega-Pro ke Mahkamah Konstisusi tidak di ketahui sebabnya oleh ia. KPU Pabar masuk pada urutan paling buntut.

Meski begitu Regina telah mengirim data-data untuk melengkapi bukti KPU Pusat bersama tim pengacaranya dalam menjalani gugatan itu.

“Kita sudah antarkan soft copy data warga Papua Barat, formulir DC dan DA ditambah SK DPT KPU Kabupaten/kota dan Provinsi ke KPU Pusat. Semua sudah ditandatangani ketua masing-masing,” ungkapnya.

Hanya Kabupaten Sorong saja yang tidak masuk dalam daftar indikasi terjadi penggelembungan suara, selebihnya masuk dalam daftar itu, lanjut Regina melalui telepon genggamnya.

Saat ini beberapa ketua KPU kabupaten berada di Jakarta untuk memenuhi panggilan MK dan untuk mendampingi KPU Pusat. Regina mengaku baru saja kembali dari Jakarta tadi. (Duma T. Sanda)

Sabtu, 18 Juli 2009

“Bersepada untuk Olahraga dan Jaga Lingkungan”

Saat isu pemanasan global dan perubahan iklim yang ekstrim mulai didengungkan, sejuta orang di dunia telah melakukan perubahan pola hidup. Hal ini dilakukan untuk mengurangi bahan penyebab kerusakan lapisan ozon seperti karbonmonoksida, metana dan unsur lainnya. Sebagian dari mereka memilih mengalihkan pengunaan kendaraan bermotor ke sepeda agar tak meningkatkan polusi udara.


DUKUNGAN kalangan pekerja terhadap upaya pelestarian lingkungan bahkan dilakukan secara radikal. Mereka kemudian menggelontorkan gerakan bersepada ke Kantor (Bike To Work) atau B2W. Di Manokwari, Komunitas serupa diorganisir akhir tahun 2008 lalu. Awalnya, komuitas ini beranggotakan 4 (empat), namun lambat laun anggotanya bertambah hingga 10 orang.

Dalam blog resmi Komunitas Bersepeda Manokwari (KBM) tertulis, komunitas ini diorganisir dengan tujuan olahraga dan menjaga lingkungan. Hooby bersepeda, nampaknya didukung oleh kontur jalan Kota Manokwari yang hampir tidak terlalu bergunung-gunung.
KBM rutin mengkampanyekan olahraga bersepeda hari Sabtu pagi atau Minggu sore di Manokwari, mereka juga mengajak setiap orang untuk ikut bersepeda.

Saat ini komunitas ini terdiri atas Melianus.Y, Wamafma, Tjahya Subagjo, Sutiyo, S.E, Andhex, Sigit, Natali, Buhari dan Drh. Adi, mereka umumnya eksekutif muda.

“Komunitas ini membuka kesempatan bagi siapa saja untuk bersama menggunakan sepeda menuju tempat kerja. Berbagai tipe sepeda diperbolehkan mulai dari mtb, sepeda balap, bmx, Jengki mini hingga sepeda ontel (kumbang),” ajak pengelelola blog KBM.

“Syaratnya mudah yang terpenting berkemauan dan hoby bersepeda serta mentaati aturan lalu lintas.” tambahnya.

Saat ini sangat mudah ditemui warga Manokwari yang menggunakan sepeda, baik yang sekedar untuk olahraga, maupun yang betul – betul ‘ngegowes’ ke tempat kerja. Seorang redaktur koran ini pun saban hari menggunakan fongers tuanya ke kantor. Tak salah jika ada yang menyebut, olahraga dan hobby ini mulai sepopuler sepakbola.

Komunitas Bike to Work (B2W) di Indonesia bermula dari sekelompok pecinta sepeda dari Komunitas Sepeda Gunung Jalur Pipa Gas (JPG) di Bumi Serpong Damai (BSD) Tangerang dan Mountain Bike Indonesia. Mereka berharap dengan bersepeda dapat mewujudkan udara bersih di perkotaan, khususnya di Jakarta dalam, yang ditulis dalam Blog B2W Indonesia.

Aksi untuk memperkenalkan komunitas ini dilakukan pada 6 Agustus 2004 di Bank Danamon, Sudirman Jakarta dengan 120 sepeda yang dilanjutkan dengan Deklarasi dan Pernyataan Bersama pada 27 Agustus 2005 di Balai Kota DKI Jakarta.

Tanggal ini lalu ditetapkan sebagai hari jadi B2W. Setahun kemudian pengurusnya dibentuk secara nasional dan didukung Wakil Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo yang telah menjadi Gubernur.

Kelahiran B2W Folding Bike sebagai barang baru juga merupakan Racun Baru untuk para penggermarnya yang ingin menciptakan Lingkungan hidup yang sehat dengan bersepeda dan mewujudkan jalur prioritas bersepeda.

Bersepeda selain memulai pola pikir baru dan sistem kemasyarakatan yang lebih sehat, peduli lingkungan, dan berkesinambungan juga menciptakan kesadaran masyarakat yang saat ini lagi terjerat konsumtifisme (sikap memenuhi keinginan yang tidak sesuai dengan lingkungan).

So, ingin menjaga lingkungan dan sehat dengan bersepeda? mulailah dari sekarang ***

Biaya Pendaftaran Terpaksa Dicicil

Penerimaan Siswa Baru

“LEMBARAN UANG KERTAS PECAHAN 50.000-an rupiah yang teronggok dan membentuk gundukan kecil itu serentak ditutupi para guru yang menghitungnya di SMA Negeri II Manokwari, saat aktivitas mereka dijepret, Selasa (14/7).”

“Eh.. jangan foto- jangan foto!” teriak para guru itu sambil menghalangi tumpukan uang di atas meja itu dengan badannya. Entah mengapa mereka seperti kebakaran jenggot, padahal sudah mereka sudah diamati setidaknya 15 menit sebelumnya. Toh itu jepretan kedua, bedanya yang pertama mungkin tak terlihat oleh mereka saat sibuk menghitung uang.

Aktivitas penuh tanya ini digelar tepat saat pengukuran baju siswa baru di sekolah ini. Siswa yang berhak mendapat baju itu, adalah mereka yang diterima dalam seleksi penerimaan siswa baru.

Belakangan ini, sejumlah orang tua murid mengeluhkan mahalnya biaya pendaftaran pada beberapa sekolah negeri di Manokwari. Sesuai penelusuran yang kami lakukan, sejumlah sekolah negeri setingkat SMA/K di Manokwari memang menarik uang pendaftaran siswa baru, dengan jumlah beragam.

Di SMKN II, pihak sekolah membebani para orang tua siswa dengan biaya pendaftaran sebesar 1,1juta rupiah, pungutan ini disebut untuk menunjang kelancaran proses belajar mengajar.

Surat yang merinci syarat-syarat pendaftaran ini menyebut adanya biaya MOS sebesar Rp. 150.000,- BP3 selama 2 bulan (Rp.150.000), uang seragam (Rp.455.000), atribut siswa (Rp.220.000) dan uang pembangunan sebesar Rp.125.000 rupiah.

Jumlah ini jauh lebih kecil dibanding SMKN I Manokwari. SMKN I mematok biaya pendaftaran sebesar Rp. 750.000 “Mungkin kami yang biaya pendaftaran siswanya paling kecil dibanding sekolah lain,” banding Dra. Ester Sawaki, kepala sekolah ini.
Dengan biaya sebesar itu, akunya, Ia hanya didatangi satu orang tua siswa yang menyatakan ketidakmampuannya memenuhi biaya yang diterapkan. “Yang bersangkutan kami beri kemudahan dengan cara mencicil. Anaknya boleh ikut masa orientasi siswa, pada 21 Juli,” sebutnya.

Randika, calon siswa SMKN I mengaku dibebani biaya pendaftaran sebesar yang disebut Ester. Hanya saja Ia mengaku kalau orang tuanya agak terbebani karena tidak bisa mencicil.“ Mama kemarin bayar 750.000 rupiah untuk uang pendaftarannya saya. Itu tidak bisa cicil,” tuturnya. Namun Ia mengaku bersyukur karena bisa bersekolah di sekolah favorit ini.

Berbeda, SMA Negeri II Manokwari memungut biaya pendaftaran sekolah sebesar 850.000 rupiah persiswa. Hal ini diakui Wakil Kepala Kepala Sekolah Bidang Pendidikan, Drs. B. Bangun.

“Uang tersebut akan dipakai untuk membeli sejumlah keperluan siswa seperti, baju putih abu-abu, pramuka, batik, kaos olahraga, sepasang dasi, buku tatib (khusus untuk mengontrol kemajuan siswa, red) dan buku pelajaran,” kata Pria yang juga ketua panitia penerimaan mahasiswa baru ini, di ruang kerjanya.

Menurut Bangun subsidi dari pemerintah provinsi dan kabupaten memang ada, namun subsidi itu hanya dalam bentuk pakaian abu-abu. Itupun baru diterima tiga bulan setelah masa sekolah. “Itu sudah terlambat, jadi tidak apa-apa karena nanti siswa dapat dua baju kan,” katanya enteng.

SMUN II Manokwari mengalami lonjakan siswa baru sejak 2008 lalu. Jumlah siswa yang mendaftar pada penutupan kemarin sebanyak 293 siswa dari alokasi 192 siswa yang disiapkan sebelumnya.

Menyusul banyaknya pendaftar, Bangun mengaku pihaknya memadatkan jumlah siswa pada tiap kelas untuk menampung banyaknya siswa baru***