Rabu, 09 September 2009

Kunjungan Dewan PB ke Negeri “Sakura dan Ginseng”, Polemik

Topik “Keberangkatan Dewan ke Jepang, Negeri Sakura dan Korsel, negeri Ginseng“ menjadi bahan diskusi hangat para facebooker anggota Komunitas Pengguna Facebook Papua Barat (KPFM PB)
-----------------------------
Oleh : Duma T. Sanda

KOMUNITAS INI memiliki members dari Manokwari, hingga pulau Jawa dan Luar Negeri. Mulai dari kalangan mahasiswa, praktisi serta aktivis LSM, umumnya mereka berasal dari Kota Manokwari. Saat ini jumlah members group ini telah menembus angka 1.609 orang.

Dari penelusuran saya, terangkum beberapa petikan yang disuarakan members group KPFM PB, sejak wacana ini terangkat ke ruang publik. Berikut kutipan berbagai keluh, saran dan kritik yang mereka disampaikan.

Ismail Rizal misalnya, anggota pertemanan satu ini mengusulkan, uang sebanyak 3,7 milyar mestinya digunakan membangun desa tertinggal di wilayah Papua Barat. Bahkan, ia menyarankan para anggota dewan terhormat di Provinsi ini patut mencontohi kepemimpinan Bupati Merauke, Jhon Gluba Gebze.

“Contohilah Bupati Merauke.... Walau hanya Bupati... dia bisa mengoptimalkan dana pembangunan daerah dan kabupaten di wilayah Selatan Papua itu telah memiliki 2 buah pesawat Boeing....untuk memudahkan warganya dalam akses transportasi....Terima kasih...,” sarannya.

Sementara Theophillus Lekitoo, memberi kata kunci yang cukup menyontak, ia menyampaikan bahasa terima kasih atas lawatan anggota DPRD ke luar negeri yang akan menjalin kerjasama parlemen ke Jepang dan Korsel dibidang kelautan-perikanan. “Tapi, kalo bisa bawa masyarakat yang punya kompetensi di bidang itu, agar kita tidak tertipu,” katanya.

Etni Veni, rekan pertemanan lainnya justru mempertanyakan jumlah anggota dewan yang hampir semuanya berangkat. Ia menyangsikan keberangkatan itu. “Kalau nyatanya hanya satu dua investor yang akan di bawa ke Papua Barat. Lebih baik dana tu bikin baik jalan yang bocor-bocor nie... Atau pi bikin jalan di kampung-kampung sana... Dong rame juga, paling yang bicara hanya berapa orang saja mo, baru yang lain iklan saja... Bikin emosi saja...!!,” pungkasnya.

Markus Selsius Womas Maxie juga menyindir, uang tersebut lebih baik diberikan kepada orang lanjut usia janda, duda dan anak yatim piatu, juga kaum fakir miskin yang butuh pertolongan.

Sementara Rachim Edwin Sanaki menyoroti lemahnya aturan-aturan yang mengikat para pelaku ekonomi di daerah ini. Seperti lemahnya aturan mengenai sistem pelepasan tanah adat hingga hingga oknum dan pejabat yang gemar melakukan pungutan liar.

“Ke Jepang dan Korea untuk cari investor?. NONSEN, banyak investasi besar berbasis SDA terbentur biaya pelepasan tanah yang selangit, belum lagi oknum-oknum birokrat dan keamanan yang memeras mereka dengan macam-macam pungli. Sungguh sangat disesali,” sungutnya.

“3,7 miliar lebih baik untuk pengadaan internet di Sururey, Tahota, Minyambow, Momiwaren, Isim, Mamey, Nuhuwey. Supaya informasi bisa cepat di terima masyarakat...bravo Manokwari, beloved city,” pesan Rachim Edwin Sanaki.
Kami mencatat, jumlah ungkapan serupa dari rekan pertemanan lainnya masih berlimpah. Bahkan, mereka menegaskan akan terus memantau setiap perkembangan di Manokwari.

Kantor Dewan dan Sekwan Sepi
Sementara itu, kantor DPRD Provinsi dan ruang kerja Sekretariat Dewan di Kompleks Kota Raja, Kamis, (09/09/09), selepas keberangkatan, nampak sepi.

Beberepa staf Sekwan yang ditemui membenarkan banyaknya jumlah staff sekwan yang ikut berangkat. Dari pantauan, beberapa masih terlihat melakukan sejumlah aktifitas disalah kantor Sekwan, dekat kantor BP3D PB. “Saya tidak berangkat karena kemarin sudah berangkat ke China,” tukas salah satu staf.

Selain itu, beberapa staf mengaku, yang berangkat hanya yang telah berstatus PNS. “Kalau kita masih honor di sini,” cetus salah satu honorer sambil membaca daftar nama 36 anggota Dewan dan 17 staff sekwan yang telah berangkat, daftar itu milik sekretariat dewan.

Ketika diminta memperlihatkan lembaran itu, dirinya enggan. Dilain sisi, staf lainnya yang coba dimintai komentar, mengaku takut. “Saya tidak mau bicara. Nanti kamu tulis dikoran lagi,” ujarnya singkat sambil berlalu.

Menurut informasi, 17 staf dewan ikut berangkat untuk mendampingi anggota dewan. Namun, sumber tersebut tidak merinci tempat-tempat yang akan dituju rombongan.
Seperti informasi sebelumnya, keberangkatan tim ke Jepang dan Korsel, menghabiskan anggaran sebesar Rp. 3,7 miliar. Dana yang terbilang cukup besar untuk keperluan menajamkan investasi di bidang perikanan dan kelautan.

Kadis Perikanan dan Kelautan serta Kabiro Investasi Setda Provinsi Papua Barat pun ikut dalam lawatan tersebut. Mereka dijadwalkan kembali ke Manokwari tanggal 17 september mendatang.

Terus di Kawal
Beberapa media cetak lokal terus mempertanyakan hasil yang dicapai dari keberangkatan itu. Terhitung sejak Cahaya Papua pertama kali mengangkatnya ke publik, Sabtu, (05/04/09),. Lalu diikuti media lain. Keberangkatan itupun, saat ini menjadi polemik di tengah warga.

Sebelum keberangakatan, Yosep Johan Auri dan Amos H. May, caleg terpilih DRPD Papua Barat, pernah melempar ketidaksetujuannya. Bahkan pengacara, LP3BH Manokwari, Yan Christian Warinussy pun keras mempertanyakan hasil yang akan di capai.

Mirip pendapat Auri dan Amos, Sius Dowansiba, caleg terpilih DRPD PB mengatakan, meski tidak secara tegas menyoal keberangkatan itu, ia tetap meminta rekan-rekannya untuk memikir ulang rencana itu sebelum berangkat.

Beberapa anggota dewan yang setuju, seperti, Oriegenes Nauw, Jimmy Demianus Ijie, mengatakan penolakan yang dilakukan publik tidak tepat karena telah terlambat. Apalagi telah rencana itu telah masuk dalam dokumen APBD 2009. “Mau tidak mau mereka harus berangkat,”kata Oriegenes Nauw.

Hingga jumat, (09/09/09), beberapa media masih terus mempropaganda keberangkatan itu. ***