Sabtu, 18 Juli 2009

“Bersepada untuk Olahraga dan Jaga Lingkungan”

Saat isu pemanasan global dan perubahan iklim yang ekstrim mulai didengungkan, sejuta orang di dunia telah melakukan perubahan pola hidup. Hal ini dilakukan untuk mengurangi bahan penyebab kerusakan lapisan ozon seperti karbonmonoksida, metana dan unsur lainnya. Sebagian dari mereka memilih mengalihkan pengunaan kendaraan bermotor ke sepeda agar tak meningkatkan polusi udara.


DUKUNGAN kalangan pekerja terhadap upaya pelestarian lingkungan bahkan dilakukan secara radikal. Mereka kemudian menggelontorkan gerakan bersepada ke Kantor (Bike To Work) atau B2W. Di Manokwari, Komunitas serupa diorganisir akhir tahun 2008 lalu. Awalnya, komuitas ini beranggotakan 4 (empat), namun lambat laun anggotanya bertambah hingga 10 orang.

Dalam blog resmi Komunitas Bersepeda Manokwari (KBM) tertulis, komunitas ini diorganisir dengan tujuan olahraga dan menjaga lingkungan. Hooby bersepeda, nampaknya didukung oleh kontur jalan Kota Manokwari yang hampir tidak terlalu bergunung-gunung.
KBM rutin mengkampanyekan olahraga bersepeda hari Sabtu pagi atau Minggu sore di Manokwari, mereka juga mengajak setiap orang untuk ikut bersepeda.

Saat ini komunitas ini terdiri atas Melianus.Y, Wamafma, Tjahya Subagjo, Sutiyo, S.E, Andhex, Sigit, Natali, Buhari dan Drh. Adi, mereka umumnya eksekutif muda.

“Komunitas ini membuka kesempatan bagi siapa saja untuk bersama menggunakan sepeda menuju tempat kerja. Berbagai tipe sepeda diperbolehkan mulai dari mtb, sepeda balap, bmx, Jengki mini hingga sepeda ontel (kumbang),” ajak pengelelola blog KBM.

“Syaratnya mudah yang terpenting berkemauan dan hoby bersepeda serta mentaati aturan lalu lintas.” tambahnya.

Saat ini sangat mudah ditemui warga Manokwari yang menggunakan sepeda, baik yang sekedar untuk olahraga, maupun yang betul – betul ‘ngegowes’ ke tempat kerja. Seorang redaktur koran ini pun saban hari menggunakan fongers tuanya ke kantor. Tak salah jika ada yang menyebut, olahraga dan hobby ini mulai sepopuler sepakbola.

Komunitas Bike to Work (B2W) di Indonesia bermula dari sekelompok pecinta sepeda dari Komunitas Sepeda Gunung Jalur Pipa Gas (JPG) di Bumi Serpong Damai (BSD) Tangerang dan Mountain Bike Indonesia. Mereka berharap dengan bersepeda dapat mewujudkan udara bersih di perkotaan, khususnya di Jakarta dalam, yang ditulis dalam Blog B2W Indonesia.

Aksi untuk memperkenalkan komunitas ini dilakukan pada 6 Agustus 2004 di Bank Danamon, Sudirman Jakarta dengan 120 sepeda yang dilanjutkan dengan Deklarasi dan Pernyataan Bersama pada 27 Agustus 2005 di Balai Kota DKI Jakarta.

Tanggal ini lalu ditetapkan sebagai hari jadi B2W. Setahun kemudian pengurusnya dibentuk secara nasional dan didukung Wakil Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo yang telah menjadi Gubernur.

Kelahiran B2W Folding Bike sebagai barang baru juga merupakan Racun Baru untuk para penggermarnya yang ingin menciptakan Lingkungan hidup yang sehat dengan bersepeda dan mewujudkan jalur prioritas bersepeda.

Bersepeda selain memulai pola pikir baru dan sistem kemasyarakatan yang lebih sehat, peduli lingkungan, dan berkesinambungan juga menciptakan kesadaran masyarakat yang saat ini lagi terjerat konsumtifisme (sikap memenuhi keinginan yang tidak sesuai dengan lingkungan).

So, ingin menjaga lingkungan dan sehat dengan bersepeda? mulailah dari sekarang ***

Biaya Pendaftaran Terpaksa Dicicil

Penerimaan Siswa Baru

“LEMBARAN UANG KERTAS PECAHAN 50.000-an rupiah yang teronggok dan membentuk gundukan kecil itu serentak ditutupi para guru yang menghitungnya di SMA Negeri II Manokwari, saat aktivitas mereka dijepret, Selasa (14/7).”

“Eh.. jangan foto- jangan foto!” teriak para guru itu sambil menghalangi tumpukan uang di atas meja itu dengan badannya. Entah mengapa mereka seperti kebakaran jenggot, padahal sudah mereka sudah diamati setidaknya 15 menit sebelumnya. Toh itu jepretan kedua, bedanya yang pertama mungkin tak terlihat oleh mereka saat sibuk menghitung uang.

Aktivitas penuh tanya ini digelar tepat saat pengukuran baju siswa baru di sekolah ini. Siswa yang berhak mendapat baju itu, adalah mereka yang diterima dalam seleksi penerimaan siswa baru.

Belakangan ini, sejumlah orang tua murid mengeluhkan mahalnya biaya pendaftaran pada beberapa sekolah negeri di Manokwari. Sesuai penelusuran yang kami lakukan, sejumlah sekolah negeri setingkat SMA/K di Manokwari memang menarik uang pendaftaran siswa baru, dengan jumlah beragam.

Di SMKN II, pihak sekolah membebani para orang tua siswa dengan biaya pendaftaran sebesar 1,1juta rupiah, pungutan ini disebut untuk menunjang kelancaran proses belajar mengajar.

Surat yang merinci syarat-syarat pendaftaran ini menyebut adanya biaya MOS sebesar Rp. 150.000,- BP3 selama 2 bulan (Rp.150.000), uang seragam (Rp.455.000), atribut siswa (Rp.220.000) dan uang pembangunan sebesar Rp.125.000 rupiah.

Jumlah ini jauh lebih kecil dibanding SMKN I Manokwari. SMKN I mematok biaya pendaftaran sebesar Rp. 750.000 “Mungkin kami yang biaya pendaftaran siswanya paling kecil dibanding sekolah lain,” banding Dra. Ester Sawaki, kepala sekolah ini.
Dengan biaya sebesar itu, akunya, Ia hanya didatangi satu orang tua siswa yang menyatakan ketidakmampuannya memenuhi biaya yang diterapkan. “Yang bersangkutan kami beri kemudahan dengan cara mencicil. Anaknya boleh ikut masa orientasi siswa, pada 21 Juli,” sebutnya.

Randika, calon siswa SMKN I mengaku dibebani biaya pendaftaran sebesar yang disebut Ester. Hanya saja Ia mengaku kalau orang tuanya agak terbebani karena tidak bisa mencicil.“ Mama kemarin bayar 750.000 rupiah untuk uang pendaftarannya saya. Itu tidak bisa cicil,” tuturnya. Namun Ia mengaku bersyukur karena bisa bersekolah di sekolah favorit ini.

Berbeda, SMA Negeri II Manokwari memungut biaya pendaftaran sekolah sebesar 850.000 rupiah persiswa. Hal ini diakui Wakil Kepala Kepala Sekolah Bidang Pendidikan, Drs. B. Bangun.

“Uang tersebut akan dipakai untuk membeli sejumlah keperluan siswa seperti, baju putih abu-abu, pramuka, batik, kaos olahraga, sepasang dasi, buku tatib (khusus untuk mengontrol kemajuan siswa, red) dan buku pelajaran,” kata Pria yang juga ketua panitia penerimaan mahasiswa baru ini, di ruang kerjanya.

Menurut Bangun subsidi dari pemerintah provinsi dan kabupaten memang ada, namun subsidi itu hanya dalam bentuk pakaian abu-abu. Itupun baru diterima tiga bulan setelah masa sekolah. “Itu sudah terlambat, jadi tidak apa-apa karena nanti siswa dapat dua baju kan,” katanya enteng.

SMUN II Manokwari mengalami lonjakan siswa baru sejak 2008 lalu. Jumlah siswa yang mendaftar pada penutupan kemarin sebanyak 293 siswa dari alokasi 192 siswa yang disiapkan sebelumnya.

Menyusul banyaknya pendaftar, Bangun mengaku pihaknya memadatkan jumlah siswa pada tiap kelas untuk menampung banyaknya siswa baru***

Minggu, 05 Juli 2009

CHRISTIAN HAMDANI NAHKODAI FORUM JURNALIS PAPUA BARAT 2009-2010

CHRISTIAN HAMDANI terpilih sebagai Koordinator Forum Jurnalis Papua Barat (FPJB) periode 2009-2010 menggantikan Sale Pelu dalam rapat pertanggungjawaban dan pergantian pengurus periode 2007-2009 di Arauna FM, Sabtu (5/6).

Pria yang akrab di panggil Chris itu terpilih setelah mendapatkan tujuh suara disusul Patrik Barumbun Tandirerung enam suara dan Nur satu suara.

Dengan jumlah suara tersebut Chris di daulat sebagai koordinator di dampingi Patrik sebagai sekretaris dan Nur, bendahara. Nur akhirnya menyerahkan posisinya kepada Lilis Suryani Wartawan Cahaya Papua dengan maksud melakukan penyenggaran ditubuh FPJB.

Rapat diikuti sejumlah wartawan dari Cahaya Papua, Media Papua, Wartawan Bulletin dari LSM dan Komunitas Wartawan Mahasiswa seperti LAPMI atau Lembaga Pers Mahasiswa Islam dan Komunitas Pena Manokwari.

Dalam laporan yang dibacakan Koordinaor Demisioner, Sale menyebut program FPJB telah dilakukan melalui kerjasama LSM dan para jurnalis di setiap media.

Program itu seperti pendidikan, kesehatan, lingkungan dan kampanye kebebasan pers juga peningkatan kapasitas melalui pengiriman sejumlah jurnalis dalam beberapa pelatihan di luar Manokwari.

Selain itu beberapa program tambahan seperti sejumlah dialog publik mendekati pemilu legislatife 2009, Focus Group Discussion dan pemberian bantuan sosial pada Korban Gempa Borobudur tahun 2008.

Sale menegaskan anggota FPJB dapat berasal dari para LSM dan komunitas apapun yang melakukan aktifitas jurnalis dalam pandangan yang lebih luas, hal ini di amini oleh Chris. “ Siapapuan boleh masuk dan menjadi bagian dari FPJB” pungkas Chris.

FPJB adalah lembaga yang di bentuk untuk kepentingan penyebaran dan mengkampanyekan Delapan Isu Millennium Development Goals atau Tujuan Pembagunan Millennium di Papua Barat.

Delapan komitmen MDG’s meliputi memberantas kemiskinan dan kelaparan, mewujudkan pendidikan dasar untuk semua, mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, menurunkan angka kematian anak, memerangi penyebaran HIV dan AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya, memastikan kelestarian lingkungan hidup serta membangun kemitraan global dalam pembangunan. (Duma T. Sanda)